Sabtu, 13 April 2013

Apakah Karma Itu Ada?

Selama ini saya atau mungkin juga anda, jika ada teman yang ingin berbuat jahat kepada orang lain, maka kita akan bilang ke mereka yang kurang lebihnya, “hati-hati nanti kena karma lho!” Kata karma menjadi cukup sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Lalu pertanyaannya, apakah benar karma itu ada? Seperti apa bentuknya? Beberapa teman pun sudah ada yang menanyakan tentang hal ini kepada saya. Maka dari itu, pada edisi #notesfromQatar ini saya akan coba membahas tentang hukum karma ini.
.
Pengertian Karma
Kata “Karma” berasal dari agama Budha yang berarti “hukum sebab-akibat moral” atau kerennya “the law of moral causation”. Agama Budha meyakini bahwa jika seseorang ingin mencapai Nirwana (Surga) maka setiap yang berdosa harus membayar kontan semua dosanya dengan cara diberikan kesempatan kedua yang bernama karma, yaitu terlahir kembali ke dunia dan menemui masalah yang sama, dan dilihat apakah mereka serius ingin menebus dosa atau cuma main-main.
.
Selain itu, pemahaman tentang karma adalah meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri. Misalkan, jika ada orang yang tertimpa musibah dan sial terus menerus setahun non-stop, maka itu semua adalah akibat perbuatan yang dia lakukan di masa lampau. Jika dia tidak mendapat balasan semasa hidup di dunia, maka akan dibalaskan kepada keturunannya. Jadi ada dosa warisan/turunan dalam hukum karma.
.
Menariknya, di Indonesia, pengertian karma ini berkembang menjadi sebuah hukuman bagi seorang pelaku kejahatan. Sehingga konotasi karma lebih kepada hukuman bagi perilaku negatif atau jahat saja. Makanya kenapa kita tidak akan pernah mendengar jika ada orang yang ingin berbuat baik kepada orang lain lalu ada yang menegur, “hey hati-hati berbuat baik sama dia, nanti kena karma!” hehehe..
.
Islam dan Hukum Karma
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Allah SWT juga memiliki nama lain yang berhubungan dengan keadilan seperti Al-‘Adl (Yang Maha Adil) atau Al-Hakim (Yang Maha Menghakimi). Di dalam Al-Qur’an sendiri juga dijelaskan bahwa segala perbuatan, baik ataupun buruk, sekecil apapun, pasti akan mendapat ganjaran dari Sang Maha Kuasa.
.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (biji atom), niscaya dia akan menerima (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah (biji atom) pun, niscaya dia akan menerima (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah [99]:7-8)
.
Lalu bagaimana Islam memandang hukum karma? Menurut pendapat saya hukum karma tidak ada dalam Islam karena itu jelas berbeda dengan prinsip keimanan yang diajarkan oleh Islam. Dalam Islam kita memiliki iman yang meyakini bahwa Allah Maha Adil dan segala perbuatan kita pasti akan ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat nanti.
.
Namun, Islam tidak mengenal adanya kesempatan kedua untuk turun di dunia memperbaiki segala kesalahan serta adanya dosa turunan yang akan diwariskan kepada keturunannya. Karena setiap manusia harus bertanggungjawab terhadap apa yang dia lakukan, dan bukan orang lain atau keturunannya. Ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW, “Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (perbuatannya).” (HR. Bukhari)
.
Selain itu, tidak semua hal yang terjadi pada diri manusia adalah karena “investasi” kebaikan atau kejahatannya di masa yang lampau. Karena bisa saja kebaikan yang diberikan kepada manusia itu karena memang Allah SWT sedang mencurahkan rahmat-Nya, atau bisa juga permasalahan yang dihadapi manusia adalah suatu cobaan dari-Nya agar manusia tersebut lulus ke tingkatan selanjutnya. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang manusia tersebut lakukan di masa yang lampau, tapi cobaan tersebut bertujuan untuk menguji keimanan hamba-Nya.
.
Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya: Apakah orang-orang mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja seenaknya berkata: “Kami telah beriman”, padahal keimanan mereka itu belum diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2-3)
.
Di sini jelas ada perbedaan mendasar antara hukum karma dengan apa yang diyakini oleh Islam. Tapi yang pasti, Allah adalah Raja dari segala raja keadilan. Seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Zalzalah bahwa segala perbuatan akan ada balasannya. Jika manusia itu berbuat baik, maka balasannya pun pahala dan kebaikan. Sebaliknya, jika manusia itu berbuat kejahatan, maka dosa lah balasannya. Jadi seperti ada hukum reward and punishment / carrot and stick.
.
Berbuat Baiklah Sebanyak-banyaknya!
Niat merupakan komponen dasar dari perbuatan baik atau buruk seseorang. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadtisnya bahwa segala amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya. Suatu perbuatan akan menjadi kebaikan jika diniatkan hanya karena Allah SWT (lillaahi ta’ala). Jika niatnya sudah baik, maka perbuatannya pun akan menjadi baik, walaupun hasil yang diinginkan tidak tercapai. Tapi Allah SWT sudah mencatatkan sebagai amal kebaikan. Subhanallah bukan?
.
Di dalam Al-Qur’an, jika Allah SWT memerintahkan untuk berbuat kebaikan, terkadang bersamaan dengan perintah menegakkan keadilan. Ini isyarat bahwa berbuat kebaikan itu biasanya didapatkan dengak kebiasaan berlaku adil. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.” (QS. An-Nahl [16]:90)
.
Islam mendorong umatnya untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan taqwa, dan balasan bagi segala perbuatan baik itu ada yang langsung dibalaskan di dunia, dan ada juga yang ditangguhkan untuk dibayarkan di akhirat. Seperti dalam firman-Nya, “Berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2]:148)
.
Berbuat baik itu tidak mengenal usia, ras ataupun golongan. Kita diperintahkan untuk berbuat kebaikan kepada semua orang. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, “Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang bepergian) dan hamba sahayamu (pembantu).” (QS. An-Nisa [4]:36)
.
Allah SWT berfirman, “Bukanlah kebajikan itu menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi yang termasuk kebajikan ialah beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat, Kitab-kitab, nabi-nabi, memberikan bantuan yang disayanginya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terlantar dalam perjalanan, peminta-minta, dan memerdekakan perbudakan, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, menepati janji yang telah diperbuat, sabar menderita kemiskinan dan kemelaratan, terutama ketika perang. Itulah orang-orang yang benar keimanannya, dan itu pulalah orang-orang yang takwa.” (QS. Al-Baqarah [2]:177)
.
Sebenernya mudah saja untuk mengetahui apa yang kita lakukan itu perbuatan baik atau tidak. Kita semua kan punya hati nurani. Sebelum melakukan sesuatu, coba tanya di dalam hati apakah itu perbuatan yang baik atau buruk. Jawaban suara hati tidak akan pernah berbohong. Misalkan saat kita menolong orang lain, suara hati pasti akan terasa senang. Lain halnya saat kita mencuri atau melakukan kesalahan, suara hati pasti mengatakan bahwa itu salah dan terjadi pemberontakan di dalam hati. Tapi ingat, jika kita terus menerus melakukan kejahatan, lama-lama suara hati akan tertutup dengan sendirinya, dan kita bisa menjadi sesat-sesesatnya.
.
Lalu apa balasan dari kebaikan yang dilakukan? Ya tentu saja kebaikan juga. Seperti firman-Nya, “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.” (QS. Ar-Rahman [55]:60).
.
Maka dari itu berbuat baiklah kepada siapapun, bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Mengapa? Karena kebaikan tersebut dilipatgandakan di sisi-Nya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Mereka itu diberi pahala dua kali lipat disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.” (QS. Al-Qashash [28]:54)
.
Dalam ayat di atas jelas bahwa segala kebaikan akan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT, dan setiap kejahatan dibalaskan setimpal dengan apa yang dilakukan. Di sinilah letak kebaikan dan keadilan dari Sang Maha Menghakimi. Dia berikan ganjaran yang lebih kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Namun untuk pelaku kejahatan dibalas setimpal dengan kejahatannya. Allah SWT tidak menzolimi sedikitpun terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Subhanallah
.
Coba perhatikan ayat ini, “Siapa yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah diberi balasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (SQ. Al-Qashash [28]:84)
.
Bagaimana Dengan Perbuatan Jahat?
Ada madu, ada racun. Begitu pula dengan perbuatan manusia. Ada perbuatan baik, dan tentu saja ada perbuatan yang kurang baik. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Allah SWT adalah Al-‘Adl atau Yang Maha Adil. Termasuk tentu saja jika kita melakukan perbuatan jahat, maka ada hukuman yang setimpal. Hukumannya pun bukan hanya dibalas di dunia, namun yang lebih mengerikan akan dibalas di neraka.
.
Ancaman hukuman neraka itu sebenarnya bukan karena Allah SWT jahat dan ingin menghukum manusia. Justru, Sang Maha Berkuasa teramat baik dengan memberikan peringatan tersebut agar manusia tidak tersesat dan disiksa. Seperti seorang Ibu yang memperingatkan anaknya agar tidak bermain di jalanan, karena kalau tertabrak mobil akan sakit, dan bisa meninggal. Kurang lebih seperti itulah analoginya.
.
Untuk menutup #notesfromQatar kali ini, saya ingin menegaskan bahwa Islam tidak mengenal yang namanya hukum karma karena memang tidak ada sumbernya, baik dari nash Al-Qur’an ataupun hadits-hadits shahih. Karma yang berasal dari agama Budha sangat berbeda dengan ajaran Islam. Namun begitu, Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi keadilan, telah mengajarkan bahwa segala perbuatan baik atau buruk, sekecil apapun, pasti akan mendapat balasan dari Allah SWT.
.
Jika di dunia belum dibalaskan, maka yakinlah bahwa di akhirat kita tidak akan lolos. Semua manusia akan memanen apa yang ditanam selama hidup di dunia. Karena itu, lakukanlah kebaikan dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. Dan jika ada orang yang berbuat kejahatan kepada kita, tenang saja dan tidak usah dendam karena yakinlah bahwa ada Sang Maha Melihat yang akan selalu mengawasi dan tidak akan ada satu hal pun yang terlewat dari pandangan-Nya.
.